kiss the rain
Look into my eyes, you will see, and
when you find me there, u search no more.
Dalam
tali cinta kita, di perlukan adanya rasa saling memahami, kerna tidak semua
perasaan yang di rasakan olehku kan terungkapkan, tidak semua dapat dengan
mudahnya di katakan. Pada saat itu, aku hanya ingin pemahamanmu kepadaku
bekerja. Kau ingin tau apa yang membuatku lelah? Bukan karena fisikku yang
terus bekerja, namun di karenakan isi hatiku yang tak kunjung ku utarakan. Kini
sudah lelah, yang tersisa hanya rasa sakit dan tentu saja seperti biasanya, rasa
sakit ini akan di sampaikan melalui air mata. Tetes demi tetesnya kan menjadi
perumpamaan setiap kata yang ku ucapkan, isaknya sebagai jarak kalimat yang ku
kata katakan. Jika seandainya engkau mengerti bahwa yang sedang kuhadapi adalah
perang melawan ego dan perasaanku, mereka saling beradu argumen dimana keduanya
memiliki resiko masing-masing, sehingga mereka keduanya tak terhiraukan, dan
air mata lah yang tergenang.
Pada
proses menggoreskan perasaanku ini, airmata ku yang sedari tadi ku tunggu tak
membulir jua, padahal hati sudah kian sangat sakit menahannya. Aku di linangi
perasaan membingungkan. Egoku mengatakan bahwa aku harus mengungkapkan saja apa
yang ku rasakan, tapi di sisi lain, hatiku sangat takut jika ucapanku dapat
memberi bekas luka kepadanya. Aku memilih diam saja.
Ini
semua belum berakhir sesungguhnya, namun aku tak ingin pembicaraan kita menjadi
terlalu jauh sehingga menimbulkan akibat yang sama-sama kita berdua tidak
menyenanginya. Tali kita abadi, namun pembahasan denganmu ini biar ku akhiri.
Maafku
terucap jika aku terlalu egois dengan perasaanku, sehingga tak peduli lagi
dengan kabar hatimu. Entah apa yang sedang kau kerjakan sekarang, yang pasti,
aku tau bahwa rasa kalut sedang berlabuh juga di dermaga hatimu itu, semoga
tepatnya. Kau sedang apa disana? Aku sangat ingin tau? Apakah menulis teriring
tangis juga? Atau sudah berada dalam nyamannya ketidaksadaran dalam mimpi, atau
mengerjakan tugasmu yang sering tertunda kerna memprioritaskan aku, ataukah sedang
mengulang sajak yang perna kau ciptakan tempo lalu. Seharusnya aku tau semua
itu, namun aku tersadar, seiring berjalannya waktu, memang ada yang berbeda
dari hubungan kita, entah apa, namun jika pun aku menyadarinya, toh aku kan
akan tetap diam saja.
Ya,
kita sama-sama menginginkan kebersamaan kita tempo dulu, penuh dengan cerita,
terutama di bawah langit hitam beserta panahan hujan yang mengucur bersama
desir dari angin yang menerbangkan kita kepada kebahagiaan yang tak terlupakan.
Aku masih ingat semua itu, kau sendiri yang mengingatkanku.
Baiklah,
mungkin dalam persepsi orang yang membaca ini mengira bahwa aku menyalahkanmu
atas apa yang terjadi dengan kita. Namun sebenarnya ini hanya untuk menyurahkan
perasaan yang belum sempat ku luruhkan bersama tangisku. Hingga aku tersadar,
dimana letak kesalahan kita, atau kesalahanku tepatnya.
Jika
kau tidak bahagia bersamaku, maka aku sangat menyesal untuk itu. Hatimu yang
tersakiti akan kubasuhkan dengan airmata tangisku, luka goresan itu, akan
kusembuhkan dengan kenangan kita, aku tau, setiap luka akan selalu meninggalkan
bekas, namun sangat kuharapkan, bekas itu kan terhapus dengan cintamu.
Cukup
mungkin sampai disini curhatanku? Belum.