Jumat, 28 September 2018

Masih terjebak dalam masalah yang sama


kiss the rain


Look into my eyes, you will see, and when you find me there, u search no more.
Dalam tali cinta kita, di perlukan adanya rasa saling memahami, kerna tidak semua perasaan yang di rasakan olehku kan terungkapkan, tidak semua dapat dengan mudahnya di katakan. Pada saat itu, aku hanya ingin pemahamanmu kepadaku bekerja. Kau ingin tau apa yang membuatku lelah? Bukan karena fisikku yang terus bekerja, namun di karenakan isi hatiku yang tak kunjung ku utarakan. Kini sudah lelah, yang tersisa hanya rasa sakit dan tentu saja seperti biasanya, rasa sakit ini akan di sampaikan melalui air mata. Tetes demi tetesnya kan menjadi perumpamaan setiap kata yang ku ucapkan, isaknya sebagai jarak kalimat yang ku kata katakan. Jika seandainya engkau mengerti bahwa yang sedang kuhadapi adalah perang melawan ego dan perasaanku, mereka saling beradu argumen dimana keduanya memiliki resiko masing-masing, sehingga mereka keduanya tak terhiraukan, dan air mata lah yang tergenang.
Pada proses menggoreskan perasaanku ini, airmata ku yang sedari tadi ku tunggu tak membulir jua, padahal hati sudah kian sangat sakit menahannya. Aku di linangi perasaan membingungkan. Egoku mengatakan bahwa aku harus mengungkapkan saja apa yang ku rasakan, tapi di sisi lain, hatiku sangat takut jika ucapanku dapat memberi bekas luka kepadanya. Aku memilih diam saja.
Ini semua belum berakhir sesungguhnya, namun aku tak ingin pembicaraan kita menjadi terlalu jauh sehingga menimbulkan akibat yang sama-sama kita berdua tidak menyenanginya. Tali kita abadi, namun pembahasan denganmu ini biar ku akhiri.
Maafku terucap jika aku terlalu egois dengan perasaanku, sehingga tak peduli lagi dengan kabar hatimu. Entah apa yang sedang kau kerjakan sekarang, yang pasti, aku tau bahwa rasa kalut sedang berlabuh juga di dermaga hatimu itu, semoga tepatnya. Kau sedang apa disana? Aku sangat ingin tau? Apakah menulis teriring tangis juga? Atau sudah berada dalam nyamannya ketidaksadaran dalam mimpi, atau mengerjakan tugasmu yang sering tertunda kerna memprioritaskan aku, ataukah sedang mengulang sajak yang perna kau ciptakan tempo lalu. Seharusnya aku tau semua itu, namun aku tersadar, seiring berjalannya waktu, memang ada yang berbeda dari hubungan kita, entah apa, namun jika pun aku menyadarinya, toh aku kan akan tetap diam saja.
Ya, kita sama-sama menginginkan kebersamaan kita tempo dulu, penuh dengan cerita, terutama di bawah langit hitam beserta panahan hujan yang mengucur bersama desir dari angin yang menerbangkan kita kepada kebahagiaan yang tak terlupakan. Aku masih ingat semua itu, kau sendiri yang mengingatkanku.
Baiklah, mungkin dalam persepsi orang yang membaca ini mengira bahwa aku menyalahkanmu atas apa yang terjadi dengan kita. Namun sebenarnya ini hanya untuk menyurahkan perasaan yang belum sempat ku luruhkan bersama tangisku. Hingga aku tersadar, dimana letak kesalahan kita, atau kesalahanku tepatnya.
Jika kau tidak bahagia bersamaku, maka aku sangat menyesal untuk itu. Hatimu yang tersakiti akan kubasuhkan dengan airmata tangisku, luka goresan itu, akan kusembuhkan dengan kenangan kita, aku tau, setiap luka akan selalu meninggalkan bekas, namun sangat kuharapkan, bekas itu kan terhapus dengan cintamu.
Cukup mungkin sampai disini curhatanku? Belum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar